skip to main |
skip to sidebar
Kisah Nyata : Keajaiban Kesabaran dan Kekuatan DO'A Seorang ISTRI
Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuuh,,,
Saudara-saudariku,
Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam
mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya
untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu
musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan
ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri
kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya
kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang
bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan
ketulusan hatinya. Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk
meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah
shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana
adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas
malam hingga adzan subuh.
Namun wanita itu justru meminta
selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada dirumah
suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub.
Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah
pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia
bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya
ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui
permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang
dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan
bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan
malam.
Do'a "Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma
fii khairin" mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru.
Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui
terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya.
Duhai wanita
yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki,
mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.
Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami
akan membawa istri kerumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya
sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju
rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani
kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar
mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana
dikamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan
suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama.
Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang
suami mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya
begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang
mandolin yang tergeletak disudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya.
Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan,
itu adalah alat musik.
Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau.
Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang
kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa,
sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang
kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya
bagaimanapun yang dihadapi Alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha
Mengetahui segala kegaiban.”
Ia menatap suaminya dengan wajah
merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran
menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada
suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya.
Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya
melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski
masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu
hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona
kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya
semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini
didunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala
mengirimkan rasa kantuk pada suaminya.
Dia tak mampu lagi
bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu
teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu
mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa
rindu kepada mushallanya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan
hati melayang.
Sang suami menuturkan,
“Entah kenapa
aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang.
Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati
istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk
untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur dikamar
lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara
sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat
wajah bersinar ditengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan
jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada diperaduan
ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya
termasuk dimalam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud
dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia
berdiri dihadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh
pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam
kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan
pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan
seluruh jiwa ragaku”
Seusai shalat ia memandang kearah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya.
Masya Allah, SubhanAllah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya
pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih
pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi
kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan
kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan
begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan
bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan
Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati.
Dengan perlahan
dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam
penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdo'a. Ia mendekatinya
dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri.
Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar
istrinya berdo'a sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran
mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu
bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang
penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa
yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap ditaman kenikmatan, dihadapan
Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan.
Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya
selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang
belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari do'a wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir
dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh
lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar dikota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan
termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri
shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata
biasa”. (Ummu Asyrof dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al
Mubarak)
Diambil dan diketik ulang oleh Redaksi dari: Majalah Elfata edisi 08 volume 07 tahun 2007.
0 comments:
Post a Comment