Wednesday, 9 April 2014

Pernikahan, Saat Kakak Dilangkahi Adik




Tika  menyerahkan proposal (biodata) nikah kepada  guru ngajinya, sambil  berpesan agar proposalnya  disimpan sebagai arsip dulu saja.  Ia tidak mau mendahului kakak perempuannya. Kedua orang tuanyapun menginginkan kakaknya menikah lebih dulu, baru Tika.

Gadis manis yang lembut, dewasa,  pengertian, dan keibuan  itu pun  bercerita,  bahwa  sebenarnya ia pun  sudah ingin mengikuti jejak kawan-kawannya yang satu demi satu melangkah menyempurnakan  setengah agamanya.

Bagaimanapun tinggal di sebuah  kota besar, akan merasa lebih tenang kalau  ada kawan dan keluarga  tempat berbagi suka dan duka. Tetapi  menjaga perasaan kakak dan keridhaan orang tua, menjadikannya  lebih mengalahkan keinginan  diri.
Sudah cukup lama proposal  itu Tika  serahkan.  Ia masih belum  tahu sampai  berapa lama waktu menunggu. Apalagi, kakaknya  pun belum menunjukkan tanda-tanda hendak segera menikah.

Setali tiga uang.  Intan, gadis manis, keibuan,  yang pintar memasak,  luwes dan  selalu ceria juga mengalami hal yang sama dengan Tika. Ia pun beberapa kali menyatakan kebelumsiapannya  untuk menikah.  Alasannya sama, menunggu kakak-kakaknya.  Sambil meneteskan air mata, ia  mengatakan  bahwa  rasanya  terlalu egois jika mendahului saja kakaknya menikah tanpa mempertimbangkan perasaan kakak-kakaknya.

Menurutnya, selama ini kakak-kakaknya  banyak  berjasa dan berkorban untuknya. Mungkin salah satu hal yang menyebabkan kakak-kakaknya menunda pernikahan adalah  karena mereka saat itu harus  turut membantu membiayai pendidikan adik-adiknya.

Intan belum  mengetahui kapan pastinya akan siap menikah.  Semua  tergantung kakaknya. Karenanya, Intan belum bersedia menjalani proses  ta'aruf dengan siapapun. Ia  tak ingin  ada perasaan memiliki atau terlanjur jatuh cinta  pada seseorang yang belum tentu ditakdirkan Allah untuk menjadi pasangan hidupnya.  Ia ingin menjaga hatinya agar tetap netral hingga saatnya tiba.
***

Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuuh,,,

Saudara-saudariku,

"Anda pernah dilangkahi adik?
Atau Anda pernah melangkahi kakak?
Bagaimanakah perasaan  Anda saat itu?"

Sebagian besar masyarakat kita  memang masih menganggap   tabu jika  seorang  adik melangkahi kakak. Terlebih lagi  kalau sang kakak adalah  wanita. Ada semacam anggapan bahwa seorang kakak yang dilangkahi adik  nanti  akan bernasib sial, sulit bertemu jodoh dan sebagainya. Takhayul memang, tapi itulah yang berkembang dalam masyarakat kita.

Sebagian lainnya  melarang sang adik melangkahi kakak dengan alasan yang lebih rasional, menjaga perasaan kakak. Bagaimanapun  dalam hatinya yang paling dalam, seorang kakak   akan merasa sedih jika didahului adiknya menikah. Dilangkahi adik  seolah menjadi aib tersendiri bagi seorang perempuan.  Ada perasaan sensitif yang  luar biasa  dalam. Ada perasaan kehilangan sang adik. Ada perasaan  khawatir dianggap tidak laku atau  kalah sama adik,  dan sebagainya.

Banyak misteri Allah dalam hidup ini, di antaranya  jodoh dan  maut. Kita sering menyaksikan di sekitar kita bahwa Allah memanggil hamba-hamba-Nya untuk kembali  menghadap-Nya tanpa melihat usia. Sering kita memperhatikan  banyak keluarga, sang adik dipanggil menghadap Allah terlebih dahulu  bahkan jauh sebelum sang kakak. Pernahkah terlintas dalam benak  kita bahwa hal demikian adalah sebuah aib? Tidak bukan? Hal itu karena kita meyakini sepenuhnya bahwa ajal adalah sebuah keputusan Allah. Tak harus urut berdasarkan  usia.

Demikian halnya dengan pernikahan.  Alangkah baiknya kalau kita mencoba mengubah sudut pandang kita, keluarga kita,  dan  masyarakat kita  bahwa menikah  tak mesti  urut berdasarkan  usia. Mungkin awalnya berat, tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan atas izin Allah maka  akan makin banyak orang yang mengubah  pandangannya. Semula  masyarakat  yang menganggap tabu melihat seorang kakak  dilangkahi adik,  akhirnya menganggap hal itu sebagai suatu hal yang biasa saja.

Alangkah baiknya kita berusaha berpikir bijak dan mencoba memahami orang – orang di sekitar kita. Jika kita sebagai orang tua, ada baiknya kita memahami  semua anak kita. Kita memahami perasaan  anak yang lebih tua ketika dilangkahi adiknya, pun memahami sang adik pula. Bisa jadi sang adik  saat ini banyak  mendapat tawaran untuk menikah. Belum tentu saat sang kakak sudah menikah dan  kita sudah memberi izin pada sang adik,  hal yang sama akan terjadi.  Untuk itu, jika kita menginginkan sang adik menunggu kakaknya , sepertinya akan lebih baik jika disertai batasan waktu menunggu. Dengan sikap bijak  dan doa- doa  tulus kita, bisa jadi Allah akan memudahkan jodoh bagi semua anak kita. Mungkin sang adik  menikah terlebih dahulu tetapi tak lama kemudian  Allah mempertemukan sang kakak dengan jodohnya.

Jika kita  sebagai  kakak, kita berusaha menguatkan dan melapangkan hati ketika akan dilangkahi adik.  Kita mencoba  mendamaikan perasaan,  dan berusaha mengedepankan Allah di atas segalanya. Ada baiknya bagi kita untuk senantiasa memperbaharui keyakinan  bahwa segala sesuatu yang dilakukan  dengan mengutamakan Allah akan membuahkan hal-hal  indah di dunia dan di akhirat.  Tak ada pengorbanan kita yang sia-sia, termasuk mengikhlaskan adik untuk menyegerakan pernikahan.

Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan.  Pun dengan kasih sayang dan izin-Nya, Allah akan menyegerakan jodoh kita dan mengubah   pandangan orang,  yang semula  negatif  menjadi positif.  Tak lagi ada anggapan miring.  Malah sebaliknya,  orang –orang  sekitar  akan melihat kita sebagai orang yang berjiwa besar.  Semua itu mudah saja bagi Allah.

Ketika kita dalam posisi adik, kita  berusaha melakukan pendekatan pada seluruh anggota keluarga  terutama  orang tua dan kakak-kakak. Kita perlu meyakinkan orangtua kita bahwa  bukanlah sebuah aib atau suatu kegagalan  jika  ada anak perempuannya yang didahului adiknya menikah.  Justru yang menjadi aib adalah ketika ada anggota keluarga yang bermaksiat kepada Allah.

Kita harus pandai-pandai mengambil hati mereka, sehingga  pada akhirnya   mereka  dengan tulus memberi izin pada kita untuk mendahului kakak. Izin yang sepenuh hati bukan setengah hati, sehingga  kelak seluruh anggota keluarga bisa menerima dan merasa nyaman  ketika ada  anggota keluarga baru. Pun demikian dengan suami kita nantinya.

Kita juga harus pandai-pandai memahami perasaan kakak kita, terlebih kakak perempuan.  Kemungkinan  kakak kita akan menjadi lebih sensitif setelah kita mendahuluinya menikah.  Rasa itu  muncul  bukan saja  akibat  tekanan sosial  dari lingkungan, tetapi  juga adanya perasaan –perasaan lain, termasuk perasaan kehilangan . Selama ini mungkin kita  begitu dekat dengan kakak, tiba-tiba ada seseorang yang masuk dalam kehidupan kita, di saat kakak kita masih sendiri. Oleh karenanya diperlukan kepandaian kita  pula dalam bersikap.

Penting bagi kita untuk  berdakwah pada keluarga, mengkondisikan mereka dengan nilai-nilai Islam. Islam  memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapa saja yang  telah  siap menikah untuk segera menikah. Jadi , jelas tidak  ada larangan buat seorang adik  untuk mendahului kakak. Yang penting tinggal bagaimana kita bersikap.  Target kita bukan sekedar  tak  berkurang kemesraan hubungan  antara kita dengan orang tua dan kakak.  Lebih penting lagi, bagaimana nantinya seluruh anggota keluarga, termasuk suami kita  bisa menerima dan diterima  secara  utuh satu sama lain.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Wahai Ali, tiga perkara, janganlah engkau menunda-nundanya; shalat jika telah datang waktunya, jenazah jika telah tiba dan (menikahkan) seorang wanita yang belum menikah jika engkau telah mendapatkan (pasangan) yang cocok (sepadan dengannya).” (HR  At Tirmidzi)
Wallahu a’lam bish shawab.
Semoga bermanfaat....

0 comments:

Post a Comment